Waspadai Toxoplasmosis pada Kucing

Apakah anda pencinta hewan-hewan kesayangan, terutama kucing? apakah anda memperhatikan kebersihannya? ataukah hanya sekedar memeliharanya dirumah? dalam artian sekedar memperhatikan kecukupan makanannya. ternyata hal terebut adalah sebuah tindakan yang terbilang tidak baik dan bahkan dapat menimbulkan penyakit baik pada si kucing dan terlebih pada kita selaku pemilik hewan. karena apa? itu semua karena kebersihan kucing kesayangan kita sangat berkaitan dengan penyebaran penyakit toksoplasmosis yang mendapat predikat sebagai penyakit zoonosis yang artinya adalah "penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia". dan penyakit ini sangat berbahaya bagi para wanita karena dapat menyebabkan kemandulan, kesulitan dalam melahirkan dan melahirkan bayi yang cacat.
Dalam tulisan kali ini kita akan membahas sedikit tentang penyakit zoonosis ini (toksoplasmosis). tentang penyebaran, siklus hidup, pengobatan, dan pencegahannya.

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini  disebabkan oleh sporozoa yang dikenal  dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak menginfeksi manusia dan hewan peliharaan. Penderita toxoplasmosis sering tidak  memperlihatkan suatu gejala klinis yang jelas sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktek dokter sehari-hari. Apabila  penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester  ketiga  dapat  mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.

Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan  peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan  di atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing. Untuk  tertular penyakit toxoplasmosis  tidak  hanya  terjadi pada orang yang memelihara  kucing atau anjing tetapi  juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka memakan  makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.

Dewasa  ini setelah siklus hidup  toxoplasma ditemukan maka usaha pencegahannya diharapkan lebih mudah  dilakukan. Pada saat ini diagnosis toxoplasmosis menjadi lebih mudah ditemukan karena adanya antibodi IgM atau IgG dalam darah penderita. Diharapkan dengan cara diagnosis maka pengobatan penyakit ini menjadi lebih mudah dan lebih sempurna, sehingga pengobatan yang diberikan dapat sembuh sempurna bagi penderita toxoplasmosis.  Dengan  jalan tersebut diharapkan insidensi keguguran, cacat kongenital, dan lahir mati yang  disebabkan oleh penyakit ini dapat dicegah sedini mungkin (Hiswani,2003).

Siklus hidup toxoplasma ada dua fase, yaitu fase intestinal dan ekstraintestinal. Fase intestinal hanya terjadi dalam intestinum kucing. Enzim pencernaan dihasilkan toxoplasma untuk menembus dinding intestinum. Reproduksi parasit menghasilkan berjuta-juta oocyst yang tidak infeksius, yang akan diekskresikan bersama feses. Di luar tubuh kucing, oocyst mengalami sporulasi (sporogony) yang terjadi paling lama 21 hari, dan menghasilkan oocyst infeksius. Pada daerah dengan suhu panas dan kelembaban tinggi, oocyst dapat tahan hidup sampai satu tahun. Fase ekstraintestinal dapat terjadi pada semua hewan atau manusia yang terinfeksi. Pada fase ini, bentuk tachyzoite (trophozoite) dapat menyebar ke berbagai organ melalui sirkulasi. Dalam jaringan akan berubah menjadi zoithocyste (bradyzoite) yang dapat menjadi persisten selama hidup, menjadi bentuk infeksi khronik atau laten (Murwani,2006).
penyebaran toksoplasmosis dapat terjadi dalam berbagai cara, oocyst dari toksoplasmosis dapat menginfeksi peroral melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh feses hewan yang terinfeksi, infeksi langsung melalui tangan yang terkontaminasi, atau perinhalasi (terhirup). tropozoit dapat hidup di dalam sirkulasi darah, sehingga penyebarannya dapat melalui transfusi darah, transplantasi organ, air liur, dan air susu, sedangkan stadium bradizoit yang terdapat di dalam jaringan atau organ penyebarannya dapat melalui talur dan daging yang kurang matang, atau melalui trasnplantasi organ. toksoplasmosis juga dapat menginfeksi secara vertikal yaitu dari sang ibu ke janinnya (transplasental).
Infeksi aktif pada ibu hamil, dapat menyebabkan abortus atau kelainan kongenital pada bayinya. Infeksi pada trismester 1 atau 2 jarang terjadi, tetapi menimbulkan gejala yang paling berat. Kehamilan dapat mengalami abortus atau bayi lahir premature. Sebanyak 75% bayi lahir tanpa gejala, tetapi penyakit tetap bersifat progresif apabila tidak diterapi; 17% terlihat gejala hydrocephalus, khorioretinitis, pengapuran intrakranial; 8% mengalami kerusakan sistem saraf pusat, dan anak mengalami retardasi mental dan fisik. Infeksi toxoplasma pada trismester 3 paling sering terjadi, dan gejalanya sangat ringan atau tidak menimbulkan gejala yang berarti. Wanita muda yang pernah terinfeksi sebelum hamil tidak akan menularkan toxoplasma ke fetusnya apabila hamil, kecuali apabila pada titer antibodinya ditemukan titer tinggi IgM (bukan IgG). Pada individu yang pernah terinfeksi toxoplasma akan memperoleh long-live immunity terhadap reinfeksi, kecuali pada individu immunocompromised, toxoplasmosis dapat menjadi laten.

Diagnosa toxoplasma sulit ditentukan apabila hanya berdasar gejala klinis, karena gejalanya sering mirip dengan gejala penyakit lainnya (non-patognomonik). Gold standard diagnosis untuk toxoplasmosis sampai sekarang adalah pengukuran titer antibodi. Ditemukannya IgM merupakan petanda infeksi akut, baru saja terjadi dan merupakan bentuk infeksi aktif. IgG merupakan petanda infeksi telah berlangsung lama atau khronis.

Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang di anjurkan adalah:

  1. memasak makanan dengan benar, 100C selama 15-30 menit dapat mematikan oocyist.
  2. penggaraman, pengasapan, pengasaman tidak dapat membunuh oocyist
  3. lalapan baiknya dicuci terlebih dahulu sebelum dimakan
  4. cuci tangan sebelum makan.
  5. Pemeliharaan kucing secara baik: buang/bakar kotoran sebelum kista mengalami sporulasi (sebelum 4 hari); bakar semua barang terkontaminasi kista.
  6. Pendonor darah/organ sebaiknya dilakukan screening test untuk toxoplasma.
  7. Dilakukan pemeriksaan serologis pada wanita yang merencanakan hamil.
  8. Hewan atau individu yang terlihat sakit sebaiknya segera dibawa ke dokter hewan/dokter.
Untuk terapi, obat yang biasanya dipergunakan adalah pyrimethamine yang dikombinasi dengan preparat sulfa. Obat tersebut toksik untuk kucing, sehingga biasanya diberikan dalam dosis kecil. Asam folat atau multivitamin dapat diberikan untuk memperbaiki kondisi tubuh. Kortikosteroid kadang diberikan dengan dosis yang sesuai, untuk menurunkan reaksi inflamasi. Obat lain yang sering digunakan adalah spiramisin, klindamisin.