Cystotomy pada Anjing



Pendahuluan
Cystotomy adalah pembedahan pada vesika urinaria dan merupakan terapi terakhir dengan membuka vesika urinaria dengan indikasi tertentu  (Hickman dan Walker, 1973).
Vesika urinaria adalah tampat untuk menampung urine sementara yang berdiding otot kuat. Bentuk dan batas-batasnya bervariasi sesuai dengan jumlah urin yang dikandung. Vesika urinaria yang kosong berbentuk piramid, sedangkan vesika urinaria yang terisi bentuknya berubah menjadi bulat. Permukaan posteriorcollum kuranglebih tidak berubah tempatnya, tetapi permukaan superiornya masuk keabdomen (Snell, 1998).
               
Indikasi
Indikasi melakukan cystotomy adalah untuk mengambil sistik kalkuli, neoplasia, dan untuk mengesplorasi ruptur vesika urinaria yang merupakan abnormalitas yang paling sering terjadi pada hewan kecil. Hasil akhir dari ruptur vesika urinaria juga mengakibatkan terjadinya kebocoran urine ke dalam rongga abdomen (Fossum, 2002).  

Pasien
                Pasien adalah anjing jantan lokal (Canis domesticus), berwarna coklat, berumur kira-kira 6 (enam) bulan dengan berat badan 7 kg.

Alat dan Bahan
                Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan operasi adalah meja bedah, meja sorong, pisau cukur, skalpel, arteri klem, gunting ujung tumpul dan runcing, gunting bengkok, spuit, forcep, needle, needle holder pinset anatomis, pinset sirurgis, drapping,  dan stetoskop.
Bahan yang digunakan adalah cat-gut, sarung tangan, benang nilon, tampon, alkohol 70%, iodium tintur, aquades, NaCl fisiologis, Penisilin kristal, penisilin oil, vitamin B kompleks, xylazin dan atropin sulfat.

Persiapan Pra Operasi
                Sebelum operasi dilaksanakan, ruang dan tempat operasi dibersihkan, peralatan bedah disterilkan, serta dipersiapkan obat-obatan yang diperlukan. Dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium terhadap pasien. Pasien dipuasakan selama 8-12 jam dengan tujuan untuk menghindari dampak pemberian anestesi dan untuk membersihkan saluran cerna. Pasien dimandikan dicukur bulu di sekitar daerah operasi.

Premedikasi Dan Anastesi
Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum pemberian anestesi yang dapat menginduksi jalannya anestesi. Premedikasi dilakukan beberapa saat sebelum anestesi di lakukan. Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi, mengurangi keadaan gawat anestesi, mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardia dan muntah selama anestesi (Ibrahim, 2000).
Premedikasi yang digunakan adalah atropin sulfat dengan dosis 0,04 – 0,1 mg/kg bb secara SC. Sebagai anestesi digunakan ketamin yang dikombinasikan dengan xylazin disuntikkan 10 menit setelah atropin sulfat  dengan dosis 1 – 4 mg/kg bb dan 2 – 4 mg/kg bb secara IM (Tilley dan Smith, 1997).

Teknik Operasi
                Pasien dibaringkan dengan posisi dorsal recumbency. Daerah yang akan dioperasi ditutup dengan drapping untuk mencegah kontaminasi, bersihkan dengan alkohol 70 % dan iodium tintur 3 %. Insisi dan preparer daerah kulit, fasia, muskulus dan peritonium sepanjang 3-5 cm, jika terjadi pendarahan diligasi dengan benang cat gut. Vesika urinaria dikeluarkan, bila masih terisi urin maka harus keluarkan terlebih dahulu. Dibuat jahitan bantu di daerah yang akan diinsisi dengan menggunakan benang nilon .
Vesika urinaria diinsisi pada daerah yang telah ditentukan, sepertiga atau setengah dari panjang vesika urinaria. Selanjutnya diperiksa terhadap adanya sistik kalkuli, neoplasia ataupun segala sesuatu yang harus ditangani, lalu di bersihkan dengan aquades.
Pola jahitan yang dipakai pada insisi vesika urinaria adalah lapisan mukosa dengan simple continuous, dan lapisan serosa dengan jahitan lambert interuptted menggunakan benang cat gut. Peritonium dijahit dengan pola simple interuptted menggunakan benang nilon, fascia muskulus dijahit dengan pola simple continuous menggunakan benang cat gut, sedangkan kulit dijahit dengan pola simple interuptted menggunakan benang nilon.

Perawatan Pasca Operasi
                Setelah operasi selesai, daerah sekitar operasi diberikan iodium tintur 3% kedalam luka semprotkan penisilin oil. Selama tiga hari berturut-turut pasien diberikan penisilin kristal dengan dosis 4000-10000 IU/kb bb dan injeksi vitamin B kompleks secara IM. Setelah luka operasi kering, jahitan dibuka kembali dan berikan iodium tintur 3% pada bekas luka

DAFTAR PUSTAKA

Fossum, T.W. (2002) Small Animal Surgery, ed 2nd Mosby, St. Lois London. Philandelphia sydney. Toronto.

Ibrahim, R. (1998). Pengantar Ilmu Bedah Umum Veterinary. Syiah Kuala University Press. Banda Aceh.

Hickman, J. and R. G. Walker, (1973). An Atlas of Veterineri Surgery. Oliver and Boyd. Edinburg.

Snell, R. S. (1998). Anatomi klinik, ed 3.Alih bahasa. Dharma,A. Dan M.M.C. Mulyani. Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta.

Tilley, L.P. and Smith,F.W.K. (1997). The 5-Minute Veterinery Consult, Canine and Feline. Lippincott Williams and Wilkins.